PODCAST ANGKRINGAN ANGKASA#1 “KONJUNGSI BULAN DAN SATURNUS”

Konjungsi dalam istilah astronomi adalah sebuah fenomena terlihatnya dua benda langit yang seolah berdekatan. Hal ini karena kedua benda langit tersebut mempunyai koordinat asensio rekta yang sama. Jadi benda benda langit tersebut berada satu garis lurus sehingga mengakibatkan planet planet tersebut berhimpitan jika dilihat dari sudut pandang bumi namun faktanya mereka tidak berhimpitan tidak saling tumpuk mereka tetap berada di orbitnya masing masing hanya saja mereka berada di satu garis  kordinat yang sama.

Bulan, bintang, dan planet dalam sistem tata surya selalu bergerak mengelilingi matahari pada orbitnya. Lintasan orbit tersebut berbentuk lonjong (elips) dengan matahari ada pada satu titik fokusnya. Kecepatan gerak tiap tiap benda langit berbeda-beda ada yang cepat ada pula yang lambat, akibatnya hal ini lah yang mengakibatkan satu palent akan terlihat saling mengejar dengan planet lain sehingga tidak dapat di pungkiri jika sewaktu waktu ketika kita mengamati langit akan terjadi 2 atau bahkan lebih benda langit yang terlihat saling berdekatan, nah ini lah yang di sebut konjungsi.

Di bulan kemerdekaan ini kita mendapat tripel konjungsi sekaligus, dimana dikutip dari stelarium akan terjadi konjungsi bulan dan Jupiter pada tanggal 29 malam tepatnya pukul 23.16 WIB dilihat dari Bantul, Yogyakarta dan akan terjadi konjungsi bulan dan Saturnus pada tanggal 30 dini hari tepatnya pukul 01.15 WIB dilihat dari Yogyakarta. Pada malam itu bulan akan terlihat sangat dekat dengan Jupiter namun di menit selanjutnya bulan akan terlihat menjauhi Jupiter dan mendekati Saturnus  sehingga bulan akan terlihat dekat dengan Saturnus.

Planet-planet yang terlihat berdekatan sebenarnya tidak dekat di posisi sebenarnya. Namun, mereka terletak pada bidang yang sama, yaitu yang disebut dengan ekliptika. Pengertian ekliptika secara umum adalah lintasan yang dilalui oleh suatu benda dalam mengelilingi suatu titik pusat sistem koordinat tertentu. Sedangkan ekliptika pada benda langit merupakan suatu bidang edar berupa garis khayal yang menjadi jalur lintasan benda-benda langit dalam mengelilingi suatu titik pusat system tata surya yang dalam hal ini kita jadikan titik pusat sistem koordinat. Nah selain konjungsi dua planet dalam tata surya, terdapat pula konjungsi antara Matahari dan Bulan.

Dalam istilah astronomi Islam atau Falak, konjungsi jenis ini disebut sebagai ijtima’. Ijtima’ adalah  suatu istilah dalam ilmu falak, istilah itu diambil dari bahasa Arab yang mempunyai arti ‘berkumpul’, istilah lain untuk pengertian yang sama adalah Iqtiran, dalam bahasa Indonesia istilah ini dikenal pula dengan sebutan ‘Konjungsi’ yang diambil dari bahasa Inggris ‘Conjunction. Dalam prosesnya, Ijtima’ adalah suatu peristiwa saat bulan dan matahari terletak pada posisi garis bujur yang sama, bila dilihat dari arah timur ataupun arah barat. Fenomena Ijtima’ terjadi pada saat matahari, bulan, dan bumi berada pada satu garis atau satu bidang yang tegak lurus bidang ekliptika (bulan berada diantara matahari dan bumi). Ijtima’ ini berlangsung pada saat fase bulan mati atau bulan baru.

Dalam keadaan Ijtima’  pada hakikatnya masih ada bagian bulan yang mendapat pantulan sinar dari matahari, yaitu bagian yang menghadap bumi. Namun kadang kala, karena sangat tipis, hal ini tidak dilihat dari bumi, karena bulan yang sedang berijtima’ itu berdekatan letaknya dengan matahari.

Sebagaimana diketahui bahwa perjalanan waktu-waktu di bumi ini ditandai dengan peredaran benda-benda langit, terutama matahari dan bulan. Diantara benda-benda langit yang dianggap paling penting menurut ahli falak (astronomi) adalah matahari, bumi dan bulan. Peredaran ketiga benda langit tersebut penting untuk pedoman menentukan awal bulan, bilangan tahun, waktu shalat, dan lain sebagainya. Peredaran bulan mengelilingi bumi menjadi kaedah penyusunan bulan kamariyah sedangkan peredaran bumi mengelilingi matahari menjadi dasar penentuan bulan Syamsiyah dan waktu-waktu shalat.

Dalam lintasan bulan terdapat rasi-rasi (gugusan bintang) atau manzilah-manzilah. Bulan melintasi manzilah-manzilah tersebut pada suatu saat berada persis antara bumi dan matahari yaitu saat Ijtma’. Maka seluruh bagian bulan tidak menerima sinar matahari dan sedang menghadap ke bumi. Akibatnya, saat itu bulan tidak tampak dari bumi yang diistilahkan dengan Muhaq atau bulan mati. Begitu bulan bergerak, maka ada bagian bulan yang kelihatan sangat kecil menerima sinar matahari terlihat dari bumi berbentuk sabit (hilal).

Awal bulan kamariyah menurut ahli hisab adalah adanya hilal di atas ufuk pada saat matahari terbenam sedangkan ahli rukyat memberi ketentuan adanya hilal di atas ufuk pada waktu matahari terbenam dan dapat dirukyat. Adapun pakar astronomi menyayatakan bahwa awal bulan terjadi sejak terjadinya konjungsi (Ijtima’ al-hilal) segaris antara matahari dan bulan.

Dengan demikian, awal bulan kamariyah itu terjadi dengan beberapa indikator yang meliputi sudah terjadi Ijtima’, hilal berada di atas ufuk saat matahari terbenam dan hilal tersebut dapat dilihat bagi yang menggunakan sistem rukyat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *