
Lama siang hari dan malam hari di negara-negara tropis mungkin secara rata-rata terasa sama saja sepanjang tahun, yaitu sekitar 12 jam. Namun, jika kita tinggal di negara empat musim atau yang terletak di Bumi bagian utara dan selatan, lama siang dan malam tidaklah sama dalam satu tahun. Pada saat musim panas, siang hari akan terasa sangat panjang, sedangkan pada saat musim dingin, malam hari yang terasa lebih panjang.
Mengapa panjangnya hari bergantung pada musim dan posisi suatu tempat? Alasannya adalah karena Bumi berevolusi mengelilingi matahari dengan poros rotasi Bumi yang miring dengan kemiringan 23.50. Sudut ini diukur terhadap perpotongan bidang ekuator Bumi dan bidang revolusi Bumi terhadap matahari.
Poros Bumi mengarah pada titik yang sama saat Bumi berevolusi mengelilingi matahari. Hal ini menyebabkan salah satu belahan Bumi berada lebih dekat dengan matahari dan belahan Bumi lain lebih jauh. Hal ini yang menyebabkan munculnya musim dan perbedaan panjang siang dan malam.Ada saatnya poros Bumi tidak condong maupun menjauhi matahari. Pada saat itu bidang ekuator Bumi sama dengan bidang ekuator matahari. Hal ini menyebabkan panjang siang dan malam yang sama di kedua belahan Bumi. Peristiwa ini dikenal sebagai ekuinoks.
Ekuinoks berasal dari dua kata dalam bahasa Latin, aequus (sama) dan nox (malam), yang kemudian diterjemahkan sebagai waktu di saat panjang siang dan malam setara. Definisi ekuinoks secara astronomis sedikit berbeda. Dalam pengertian astronomi, ekuinoks adalah waktu ketika suatu titik di ekuator Bumi tepat menghadap ke arah pusat piringan Matahari. Dari titik ini, seorang pengamat yang beruntung akan mendapati Matahari berada tepat “di atas” kepalanya dalam waktu-waktu ekuinoks
Terdapat dua jenis Ekuinoks dalam satu tahun, yaitu Ekuinoks Vernal (disebut juga ekuinoks Maret, vernal equinox) dan Ekuinoks Musim Gugur (autumnal equinox). Ekuinoks vernal menandai dimulainya musim semi di belahan Bumi utara dan musim gugur di belahan Bumi selatan. Sebaliknya, ekuinoks musim gugur menandai dimulainya musim gugur di belahan Bumi utara dan musim semi di belahan Bumi selatan. Ekuinoks vernal terjadi sekitar tanggal 20-21 Maret dan ekuinoks musim gugur sekitar tanggal 22-23 September. Tanggal terjadinya ekuinoks dapat ditentukan melalui persamaan bujur matahari (solar longitude). Bujur matahari adalah sudut antara posisi matahari dengan posisi ekuinoks vernal bila dilihat dari Bumi. Menurut Kepala Bidang Diseminasi Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antarika Nasional (LAPAN), pada tahun ini di Indonesia akan terjadi Ekuinoks september pada tanggal 22 september 2020 pukul 20.31 WIB
Fakta tentang Ekuinoks
- Ekuinoks tidak “diam” di satu tanggal
Beberapa dari pembaca sekalian mungkin menyadari, bahwa tanggal terjadinya ekuinoks yang telah tertulis di atas tidak menyebutkan satu tanggal spesifik. Alasannya, karena waktu ekuinoks memang berubah secara kontinu. Perubahan ini terjadi sebagai akibat dari penyesuaian sistem penanggalan dan waktu manusia, dengan peredaran Bumi mengelilingi Matahari.
Satu tahun dalam kalender kita memuat tepat 365 (terkadang 366) hari, sementara Bumi mengedari Matahari tidak dalam jangka waktu tepat 365 atau 366 hari. Satu tahun sideris, yaitu jangka waktu yang dibutuhkan Bumi dalam mengedari Matahari tepat sekali edar, kurang lebih setara dengan 365 hari ditambah 6 jam 9 menit 10 detik.
Kemudian, Bumi juga tak hanya bergerak mengelilingi Matahari. Bumi juga berputar, yang hasilnya bisa kita lihat dari adanya siang dan malam, serta satu lagi: berputarnya poros Bumi sendiri, dinamai presesi (bedakan dengan presisi). Presesi membuat titik kutub utara Bumi tidak terus-menerus menghadap ke satu titik yang sama, tetapi bergeser perlahan dalam periode sekitar 25.800 tahun. Dengan penggambaran lain, bintang yang kini dikenal sebagai bintang Utara, Polaris, dalam beberapa ribu tahun ke depan, tak bisa lagi dijadikan patokan arah utara.
Kombinasi dari kedua gerak ini, gerak edar Bumi dan gerak presesi, menghasilkan perhitungan tahun yang lain: tahun tropik, yang merujuk pada “waktu edar” Matahari untuk “bergerak” kembali ke satu kedudukan di bola langit. Contoh sederhananya adalah selang waktu antara dua ekuinoks musim semi. Tahun tropik sendiri kurang lebih setara dengan 365 hari 5 jam 49 menit, sekitar 20 menit lebih sedikit dari satu tahun sideris. Tahun tropik inilah yang kemudian menjadi kunci dalam revisi sistem kalender berikutnya, yang akan dikupas lebih lanjut di bawah.
- Ekuinoks musim semi dulu tidak ditetapkan pada 21 Maret
Kalau begitu, mengapa sekarang ekuinoks musim semi berada di sekitar 21 Maret? Semua berawal dari perbedaan tahun kalender dengan tahun sebenarnya,
Ketika Julius Caesar menyusun kalendernya lebih dari dua milenium yang lalu, ia menetapkan ekuinoks musim semi pada tanggal 25 Maret, yang ditandai sebagai hari kelahiran Attis, Dewa Tetumbuhan Romawi. Caesar pun sudah menyadari bahwa panjang satu tahun sebenarnya sedikit lebih dari 365 hari, tepatnya lebih sekitar enam jam. Hal ini ditindaklanjuti dengan menambahkan satu hari tiap empat tahun. Kini kita mengenal tahun dengan tambahan hari ini sebagai “tahun kabisat”.
Sebagai hasil dari adanya tahun kabisat ini, panjang rata-rata satu tahun dalam kalender milik Julius Caesar ini adalah 365 hari 6 jam. Jika dibandingkan dengan panjang satu tahun tropik, akan terlihat bahwa ada selisih sekitar 11 menit antara keduanya. Selisih ini kemudian terakumulasi sedemikian rupa, sehingga pada tahun ketika Konsili Nicea I digelar, 325 M, ekuinoks musim semi terjadi sekitar tanggal 21 Maret, alih-alih 25 Maret. Akumulasi ini terus berlanjut sedemikian rupa, sehingga di abad ke-16, hari Paskah yang sejatinya didefinisikan sebagai Minggu pertama pasca bulan purnama pasca ekuinoks, malah terjadi sebelum tanggal 21 Maret itu sendiri.
Kisruh ini kemudian diakhiri pada Oktober 1582, ketika Paus Gregorius XIII pun memperkenalkan sistem kalender Gregorian, yang memperbaiki akurasi kalender Julian sebelumnya. Menjaga perayaan Paskah supaya tetap berlangsung antara 22 Maret dan 21 April, ekuinoks musim semi tetap ditentukan terjadi di sekitar 21 Maret dan tidak (cepat) bergeser maju sebagaimana pada kalender Julian.
Equinox dirayakan dengan berbagai perayaan di seluruh belahan dunia. Salah satunya, adalah perayaan Paskah bagi umat Kristiani. Perayaan paskah ditetapkan pada bulan purnama pertama setelah Equinox.. Persia memiliki tradisi Norwuz (tahun baru Persia) yang telah dilakukan ribuan tahun lalu. Umat Hindu merayakan festival Holi, yang terkenal dengan tradisi melempar bubuk warna antar satu sama lain di India. Sementara di Jepang, orang-orang merayakan liburan dengan berkumpul bersama keluarga, dan melakukan kunjungan ke kuil, atau piknik sambil melihat bunga sakura mekar.
Perayaan ini berkaitan dengan penanda waktu pergantian musim bagi negara-negara di seluruh dunia, bagi beberapa negara di belahan Bumi utara, ekuinoks musim semi, sebagaimana namanya, menjadi penanda awal musim semi. Negara lain, misalnya negara Asia Timur, menjadikan ekuinoks sebagai penanda titik tengah musim semi. Dan di Indonesia, menurut Pusat Sains Antariksa LAPAN, menyebut ekuinoks merupakan penanda perubahan dari musim hujan ke kemarau atau sebaliknya.